Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah
Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah
Seorang
kepala sekolah, di samping harus mampu melaksanakan proses manajemen
yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk memahami
sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan.
Wayan Koster mengemukakan bahwa dalam
konteks MPMBS, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan: (1)
menjabarkan sumber daya sekolah untuk mendukung pelaksanaan proses
belajar mengajar, (2) kepala administrasi, (3) sebagai manajer
perencanaan dan pemimpin pengajaran, dan (4) mempunyai tugas untuk
mengatur, mengorganisir dan memimpin keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas
pendidikan di sekolah.
Dikemukakan pula bahwa sebagai kepala
administrasi, kepala sekolah bertugas untuk membangun manajemen sekolah
serta bertanggungjawab dalam pelaksanaan keputusan manajemen dan
kebijakan sekolah.
Sementara itu, menurut pendapat Sanusi
yang dikutip M. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2002) bahwa : “
Perubahan dalam peranan dan fungsi sekolah dari yang statis di jaman
lampau kepada yang dinamis dan fungsional-konstruktif di era
globalisasi, membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada sekolah,
khususnya kepada administrator sekolah.
Pada mereka harus tersedia pengetahuan
yang cukup tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan
keterampilan untuk mempelajari secara kontinyu perubahan yang sedang
terjadi di masyarakat sehingga sekolah melalui program-program
pendidikan yang disajikannya dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan
kebutuhan baru dan kondisi baru “.
Diisyaratkan oleh pendapat tersebut,
bahwa kepala sekolah sebagai salah satu kategori administrator
pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikannya dengan
pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap perubahan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat, termasuk perkembangan kebijakan makro
pendidikan. Wujud perubahan dan perkembangan yang paling aktual saat ini
adalah makin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, dan
gencarnya tuntutan kebijakan pendidikan yang meliputi peningkatan
aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu, efisiensi dan relevansi.
Pada bagian lain, Idochi Anwar dan Yayat
Hidayat Amir (2002) dengan mengutip dari Dirawat mengemukakan tentang
pemikiran Bogdan bahwa dalam perspektif peningkatan mutu pendidikan
terdapat empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
pendidikan, yaitu : (1) kemampuan mengorganisasikan dan membantu staf di
dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program
yang lengkap; (2) kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan
pada diri sendiri dari guru-guru dan anggota staf sekolah lainnya; (3)
kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam mengajukan dan
melaksanakan program-program supervisi; dan (4) kemampuan untuk
mendorong dan membimbing guru-guru serta segenap staf sekolah lainnya
agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab berpartisipasi
secara aktif pada setiap usaha-usaha sekolah untuk mencapai
tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.
Wildavsky (Sudarwan Danim, 2002)
mengemukakan bahwa salah satu preposisi tentang kebijakan pendidikan
bagi kepala sekolah atau calon kepala sekolah, bahwa “kompetensi minimal
seorang kepala sekolah adalah memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam bidang keadministrasian sekolah; keterampilan hubungan manusiawi
dengan staf, siswa dan masyarakat, dan keterampilan teknis instruksional
dan non instruksional.”
Hal serupa dikemukakan oleh Kantz dalam
Segiovanni (Sudarwan Danim, 1995) bahwa dalam keseluruhan mekanisme
kerja manajemen sekolah sebagai proses sosial, mengemukan tiga jenis
keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh kepala sekolah, yaitu : (1)
keterampilan teknis, yakni keterampilan yang berhubungan dengan
pengetahuan, metode, dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan
tugas-tugas tertentu; (2) keterampilan manusiawi yakni keterampilan yang
menunjukkan kemampuan seorang manajer di dalam bekerja dengan orang
lain secara efektif dan efisien; (3) keterampilan konseptual yakni
keterampilan yang berkenaan dengan cara kepala sekolah memandang
sekolah, keterkaitan sekolah dengan struktur di atasnya dan dengan
pranata-pranata kemasyarakatan, serta program kerja sekolah secara
keseluruhan.
Dilain pihak, Fred Luthans (1995)
mengemukakan lima jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang
manajer, yang mencakup : (1) Cultural flexibility; (2) Communication skills (3) Human Resources Development skills ; (4) Creativity ; dan (5) Self Management of learning. Kelima keterampilan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Cultural flexibility merupakan
keterampilan yang merujuk kepada kesadaran dan kepekaan budaya, di mana
seorang manajer dituntut untuk dapat menghargai nilai keberagaman kultur
yang ada di dalam organisasinya. Kepala sekolah selaku manajer di
sekolah sangat mungkin akan dihadapkan dengan warga sekolah, dengan
latar kultur yang beragam, baik guru, tenaga administrasi maupun siswa.
Oleh karenanya, kepala sekolah diuntut untuk dapat menghargai
keberagaman kultur ini.
Communication skill merupakan
keterampilan manajer yang berkenaan dengan kemampuan untuk
berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun non verbal.
Keterampilan komunikasi amat penting bagi seorang kepala sekolah, karena
hampir sebagian besar tugas dan pekerjaan kepala sekolah senantiasa
melibatkan dan berhubungan orang lain. Komunikasi yang efektif akan
sangat membantu terhadap keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
Human Resources Development skills merupakan keterampilan manajer yang berkenaan dengan pengembangan iklim pembelajaran (learning climate),
mendesain program pelatihan, pengembangan informasi dan pengalaman
kerja, penilaian kinerja, penyediaan konseling karier, menciptakan
perubahan organisasi, dan penyesuaian bahan-bahan pembelajaran. Dalam
perspektif persekolahan, kepala sekolah dituntut untuk memiliki
keterampilan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang tersedia di
sekolahnya, sehingga mereka benar-benar dapat diberdayakan dan
memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah
Creativity merupakan
keterampilan manajer yang tidak hanya berkenaan dengan pengembangan
kreativitas dirinya sendiri, akan tetapi juga keterampilan untuk
menyediakan iklim yang mendorong semua orang untuk menjadi kreatif.
Sehubungan dengan hal ini, seorang kepala sekolah dituntut untuk
memiliki keterampilan dalam menciptakan iklim kreativitas di lingkungan
sekolah yang mendorong seluruh warga sekolah untuk mengembangkan
berbagai kreativitas dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Self- management of learning
merupakan keterampilan manajer yang merujuk kepada kebutuhan akan
belajar yang berkesinambungan untuk mendapatkan berbagai pengetahuan dan
keterampilan baru. Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut untuk
senantiasa berusaha memperbaharui pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya.
Komentar
Posting Komentar